Ebook ini saya berikan gratis kepada rekan-rekan pembudidaya, meskipun sedikit ngacak namun ilmunya sangat berguna karena saya ambil dari berbagai sumber termasuk tetangga saya saat ini yang membudidayakan nya mencoba di pekarangan luas.
Berikut Materi "Ebook Cara Budidaya Semut Kroto Gratis"
1. Budidaya Semut Kroto Menggiurkan
Meskipun gigitan semut rangrang cukup menyakitkan, semut ini terbukti mampu menjadi sumber penghasilan yang cukup menjanjikan. Pengamatan Cesard (2004) di Malingping, Jawa Barat menunjukkan bahwa larva dan pupa semut rangrang yang disebut kroto, dapat dipanen dan dijual sebagai pakan burung atau umpan pancing.
Di beberapa tempat lain di Jawa, bisnis kroto ini dianggap sebagai bisnis yang sangat menguntungkan. Selama ini untuk memenuhi permintaan kroto segar para penyedia kroto masih mengandalkan hasil dari alam, mereka mengambil dari sarang-sarang semut rangrang yang berada di pohon-pohon disekitar lingkungannya.
Di beberapa tempat sudah ada yang sengaja membudidayakan dengan membiarkan koloni semut rangrang membuat sarang di tanaman buah-buahan di perkebunan, sehingga para pemilik kebun mendapatkan pendapatan ganda, pendapatan utama dari hasil panen buah dan pendapatan tambahan dari panen kroto.
Di Thailand, bisnis kroto ini menjadi bisnis sampingan bagi petani. Menurut Sribandit et al (2008), pendapatan petani dari bisnis ini mencapai US$ 12,1 per hari selama empat sampai lima bulan musim panen semut. Angka ini menjadikan bisnis ini menyumbangkan 30 persen dari total pendapatan petani pemanen kroto. Sebuah angka yang cukup menggiurkan!
2. Mengenal Jenis-Jenis Kroto
Bagi para penggemar burung kicauan, kroto adalah merupakan pakan alternatif yang kaya akan protein dan vitamin. Kroto juga dapat membuat kicauan burung lebih merdu dan bulu lebih mengkilap. Kroto adalah telur dari semut rangrang, yang merupakan campuran larva dan pupa semut. Kroto digemari oleh burung-burung pemakan serangga, seperti jalak, cucak rowo, murai batu, kacer, kutilang, beo, dan lain-lain. Menurut jenisnya, kroto dibedakan menjadi kroto basah, kroto halus, kroto kasar, dan kroto kacang.
a. Kroto basah, merupakan kroto yang paling banyak digemari oleh burung dan juga sebagai umpan pancing. Kroto jenis ini merupakan telur dan larva semut rangrang yang masih baru dengan kandungan air yang tinggi sehingga mudah busuk. Jika tanpa pengawetan, umur kroto basah hanya dapat bertahan sehari. Kroto basah sebaiknya disimpan di dalam kulkas dan dibungkus dulu dengan kertas agar air dapat terserap oleh kertas. Dalam kondisi ini kroto basah dapat bertahan hingga tiga hari. Di antara berbagai jenis kroto, kroto basah mempunyai kandungan gizi yang terbaik, terutama protein mencapai 47,80%.
b. Kroto halus, berupa semut-semut pekerja kecil dan besar. Tanpa pengawetan, jenis kroto ini dapat tahan selama seminggu. Di antara berbagai jenis kroto, kroto halus merupakan jenis yang paling tidak disukai burung.
c. Kroto kasar, berupa induk semut ratu dan semut jantan. Jenis kroto ini juga dapat tahan seminggu.
d. Kroto kacang, berupa campuran ketiga jenis kroto, yaitu kroto basah, kroto halus, dan kroto kasar, ditambah dengan jenis pakan lain, seperti kacang, jagung, padi, dedak, voer, dan beras hijau. Kroto ini dapat tahan dalam seminggu, tanpa pengawetan. Di antara jenis kroto yang lain, kroto kacang mempunyai kandungan lemak tertinggi mencapai 17,07%.
3. Cara Menyatukan Ratu Semut Rangrang yang Beda Koloni
Ratu semut rangrang yang beda koloni dapat dicampur dan di satukan kedalam tempat koloni lain. Setelah dicoba memindahkan ratu semut rangrang yang beda koloni ke tempat koloni lain, ternyata sang ratu tersebut dapat diterima dengan baik oleh semut-semut pada koloni lain.
Tapi sebaiknya jangan menyatukan calon ratu (larva semut rangrang dengan ukuran besar berwarna putih)karena calon ratu ini tidak akan bisa diterima oleh semut-semut pada koloni yang berbeda. Larva calon ratu tersebut akan di bantai habis habisan.
Ratu semut rangrang dapat dipindahkan ke tempat koloni lain yang belum memiliki ratu agar diharapkan pada koloni tersebut akan dihasilkan telur-telur semut yang banyak.
4. Makanan Semut Rangrang
Makanan semut rangrang sangat beragam, namun dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu protein dan gula. Tidak seperti semut lain, semut jenis ini lebih menyukai protein daripada gula. Protein dapat ditemukan pada daging, ikan, ayam, tikus dan serangga. Semut rangrang aktif mencari makanan dan membawanya ke dalam sarang untuk seluruh anggota sarang (koloni). Mereka memangsa berbagai jenis hama, misalnya ngengat, ulat, kepik, kutu daun, dan lain-lain yang aktif pada malam hari maupun yang bersembunyi di bawah daun pada siang hari.
Selain memerlukan protein, semut rangrang memerlukan makanan tambahan berupa gula. Untuk mendapatkan gula, semut rangrang suka mencari cadangan gula berupa embun madu (yang dikeluarkan oleh serangga pengisap cairan tanaman) atau nektar. Embun madu tersebut diperlukan sebagai energi tambahan pada periode awal pembangunan sarang. Ketika membangun sarang, semut rangrang mencari daun-daun muda yang dihuni oleh serangga penghasil embun madu dan memasukkannya ke dalam sarang.
5. Semut Kroto Sebagai Predator Alami
Penelitian tentang potensi semut rangrang sebagai predator atau musuh alami hama sudah dilakukan cukup lama. Huang dan Yang (1987) menuliskan bahwa semut rangrang sudah dikenal oleh bangsa China pada tahun 304 Masehi untuk mengendalikan hama kutu-kutuan pada tanaman jeruk.
Perilaku agresif semut rangrang dalam mempertahankan daerah kekuasaannya barangkali menjadi salah satu pertimbangan bagi para petani untuk menggunakannya sebagai “penjaga” tanaman terhadap gangguan hama. Kajian Van Mele di Vietnam (Van Mele & Truyen, 2002) membuktikan bahwa penerapan teknologi pengelolaan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) yang tepat di lapangan, mampu meningkatkan potensi mereka sebagai musuh alami hama.
Way dan Khoo (1992) menyebutkan bahwa semut rangrang menjadi musuh alami pada sekitar 16 spesies hama yang menyerang spesies tanaman, yaitu kakao, kelapa, kelapa sawit, mangga, eukaliptus, dan jeruk. Bersama dengan kerabatnya, yaitu Oecophylla longinoda, semut rangrang Oecophylla smaragdina melindungi tanaman-tanaman tersebut dari serangan hama.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa semut rangrang menjadi musuh alami hama pada tanaman lada hitam dan mahoni. Misalnya, Offenberg et al (2006) memperlihatkan bahwa semut rangrang mampu melindungi tanaman mangrove dari serangan kepiting Episesarma. versicolor.
6. Sebutan Koloni Pada Semut Krangkang
Semut rangrang hidup dalam kelompok sosial di mana pekerjaan dibagi sesuai dengan tipe individunya (kastanya). Dengan kerja sama dan organiasi yang baik serta disiplin mereka dapat melakukan banyak hal. Kumpulan dari beberapa semut rangrang dari yang beranggotakan beberapa ekor hingga yang beranggotakan beberapa sarang dinamakan koloni.
Dalam satu koloni terdapat beberapa tipe individu, yaitu:
a. Ratu Semut
Dalam tiap-tiap koloni yang terdiri dari satu atau beberapa sarang, dapat ditemukan satu atau beberapa ekor ratu semut. Ratu semut mudah dikenali karena tubuhnya lebih besar, memiliki sayap, berwarna hijau hingga coklat dengan perut besar dan menghasilkan banyak telur.
b. Semut Jantan
Biasanya tubuhnya lebih kecil daripada ratu semut, berwarna kehitam-hitaman dan hidupnya singkat. Setelah mengawini ratu, ia mati. Di laboratorium semut jantan dapat hidup selama 1 minggu, sedangkan ratu semut dan semut pekerja dapat hidup beberapa bulan.
c. Semut Pekerja
Semut pekerja adalah semut betina yang mandul. Mereka tinggal di dalam sarang dan merawat semut-semut muda.
d. Semut Prajurit
Merupakan anggota yang paling banyak jumlahnya dalam koloni dan bertanggung jawab untuk semua aktivitas dalam koloninya. Mereka menjaga sarang dari serangan pengacau, mengumpulkan dan membawa makanan untuk semua anggota koloninya, serta membangun sarang.
7. Budidaya Semut Krangkang di Perkebunan
Banyak sekali manfaat membudidayakan semut rangrang di perkebunan, hasil ganda akan kita dapatkan dari keberadaan semut-semut ini di pohon-pohon yang kita tanam. Hasil utama adalah panen buah, hasil tambahannya adalah panen kroto, meniadakan biaya insektisida karena sifat semut rangrang yang berperan sebagai predator alami hama.
Biasanya, jenis pohon yang disukai semut rangrang antara lain rambutan, mangga, dan jambu. Semut ini juga senang membuat sarang di pohon jati, sukun, dan mengkudu. Ukuran sarang cenderung mengikuti ukuran daun.
Untuk mencari koloni semut rangrang yang akan digunakan sebagai bibit di perkebunan diperlukan piranti khusus, yang bisa dibuat sendiri. Piranti ini terdiri atas bambu sebagai penyangga dan alat penjaring. Ukuran penyangga cukup berpengaruh terhadap hasil. Makin tinggi ukurannya, makin besar pula hasil yang diperoleh. Alat penjaring terbuat dari kain kasa yang dibentuk seperti kerucut. Alat penjaring digantungkan pada penyangga, dengan menggunakan tali rafia, pada ketiga bagian sisinya. Alat penjaring juga dapat diganti dengan besek, yang bagian tengahnya dibuat runcing. Koloni semut dan kroto yang ada di dalam sarang diambil dengan menggunakan bambu yang ujungnya dipasangi besek tersebut. Ujung yang runcing berfungsi untuk menusuk sarang semut, sehingga telur-telurnya jatuh di besek.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di Delta Mekong, Vietnam, petani yang memelihara semut rangrang di perkebunannya hanya menghabiskan 25- 50% dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian bahan kimia, bila dibandingkan dengan yang tidak memelihara semut, sehingga rata-rata hasil panennya tetap memberikan pendapatan bersih yang lebih tinggi.
Semut rangrang juga tidak hanya bermanfaat pada tanaman buah-buahan. Di Australia, kualitas dan hasil panen mete lebih tinggi pada tanaman yang dihuni semut rangrang dan tanpa menggunakan bahan kimia bila dibandingkan dengan kebun yang menggunakan bahan kimia untuk mengendalikan hamanya.
Selain itu, bubidaya semut rangrang di perkebunan, juga dapat mengasilkan buah organik. Saat ini pandangan orang terhadap buah organik telah berubah, sehingga buah organik memperoleh harga pasar yang lebih tinggi.
Semut ini memiliki cara hidup yang khas, yaitu merajut daun-daun pada pohon untuk membuat sarang. Semut itu menyukai udara segar. Selain perilakunya yang khas dalam membuat sarang, tubuh semut rangrang lebih besar dan perilakunya lebih agresif daripada semut lainnya.
Untuk mengembangkan koloni yang sudah ada di perkebunan, kita berikan jembatan penyeberangan antara pohon yang satu dengan pohon yang lain. Jembatan penyeberangan ini terbuat dari tali atau ranting pohon, sehingga koloni semut rangrang dapat leluasa mencari makanan dan membuat sarang-sarang baru di beberapa pohon.
Agar koloni semut rangrang merasa semakin nyaman dalam lingkungan perkebunan maka pada tiap-tiap pohon diberi tempat atau wadah untuk makanan semut. Secara rutin wadah tempat makanan semut tersebut kita letakkan misalnya tulang sapi, ikan, cacing, serangga, dll untuk mencukupi kebutuhan protein semut-semut sehingga diharapkan akan menghasilkan kroto yang melimpah.
8. Morfologi Semut
Tubuh semut terbagi atas tiga bagian, yakni kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).
Tubuh semut, seperti pada serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan, berbeda dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
Anatomi semut
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan.
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.
Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan jika semut merasa terganggu.
Sumber Literatur : http://id.wikipedia.org
8. Modal Awal Berbisnis Semut Kroto
Saya membaca sebuah artikel yang menarik di www.semutkroto.com, judul tulisannya adalah
"berapa modal untuk menangkar semut agar menghasilkan kroto 1 sampai 2,5 ons per hari?"
Setelah menemukan tulisan ini saya iseng-iseng bereksperimen menangkarkan semut rangrang dengan panduan abstrak dari tulisan ini, walhasil ya tidaklah sulit, ternyata si rangrang mau juga bertelur di tempat yang kita kondisikan, jadi semut rangrang tidak mutlak dan wajib bertelur di sarang yang dibuatnya di dedaunan pohon.
Lalu berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat tempat penangkaran semut rangrang ini. Marilah kita mengira-kira sendiri, karena disetiap tempat terdapat perbedaan tingkat kesulitan dalam memperoleh bahan yang diperlukan. Patokannya adalah sebagai berikut :
Modal Awal Tetap I :
A. Bisa menggunakan (pilihan-1) kolam sederhana sedalam 10 cm seluas sekitar 50-100 cm2 yang kalau bikin pakai semen, habis biaya sekitar 30rb; atau bisa pakai (pilihan ke-2) tempayan plastik 15 biji @ 3rb. Tempayan bisa diganti pakai ember bekas juga boleh asal tidak bocor. Bocor juga tidak apa-apa asal ditambal sehingga air tidak merembes.
B. Sebanyak 30 potongan ruas bambu diameter dalam 7 cm. Kira-kira perlu 1 atau 2 lonjor bambu. Harga @ 15.000. Batang bambu LIMBAH BANGUNAN rumah juga tidak apa-apa yang penting halal.
C. 30 biji batu bata untuk ganjal tempayan. Menggunakan 15 paving hexagonal bekas bongkaran trotoar juga tidak apa-apa. Pakai keramik-keramik bekas atau batu-batu ceper juga tidak apa-apa, karena semuanya hanya berfungsi sebagai ganjal.
D. Potongan kayu setebal 2-3 cm luas 20cm x 20 cm sebanyak 15 biji. Dalam hal ini bisa digunakan potongan-potongan papan limbah bangunan juga tidak apa-apa. Gratis malah.
E. Bambu belah ukuran 3 cm x 1 cm x 50 cm sebanyak 15 batang. Mau pakai kayu limbah bangunan juga tidak apa-apa. Ini berfungsi sebagai cagak tabung bambu.
Modal Awal Tetap II :
Bibit semut. Segerombolan semut dan krotonya yang dipetik di pepohonan, dimasukkan kantong plastik dan kemudian “digarap” sebagai bibit semut rangrang, dan dibagi menjadi 15 jumput kroto plus semut-semutnya. Harganya berapa? Tergantung berapa harganya di pencari kroto. Bisa 10.000, bisa 25.000 bisa 50.000. Atau malah bisa gratis kalau Anda memetiknya di kebun sendiri atau kebun tetangga.
Yang jelas, tidak menggunakan kroto yang sudah dipajang di warung, apalagi yang sudah bau…
Untuk yang memerlukan bibit yang sudah jadi, yakni semut-semut yang sudah terbiasa hidup di tabung, bisa dibicarakan dengan Tim Semut Bandung. Tetapi prinsipnya satu: Membibitkan semut relatif mudah.
Kesimpulan : Jumlah modal tetap bisa murah antara Rp. 150.000 sampai Rp. 50.000 atau bahkan gratis karena bisa diusahakan sendiri dengan mudah.
Modal Harian :
- Modal harian adalah pakan untuk semut yang untuk penangkaran sejumlah 30 tabung (15 pasang tabung) di atas, tidak akan sampai Rp. 500. Bahkan bisa didapat gratis di sekitar kita.
- Ketelatenan.
- Tahan gigitan semut
- Tenaga dan waktu Anda.
No comments:
Post a Comment