Penangkaran Kroto
Suwandi Laksana, pebisnis kroto di Wates, Kulonprogo, Yogyakarta, bercerita, tak butuh lahan luas untuk budidaya rangrang. Menurutnya, lahan seluas satu meter persegi yang dilengkapi rak-rak bisa menampung 300 sarang hingga 500 sarang. Setiap sarang bisa menghasilkan setengah hingga satu ons kroto. Artinya, 100 sarang bisa menghasilkan 5 kg kroto.
Wawan, begitu nama panggilan Suwandi, menjual kroto ke pengepul seharga Rp 50.000 kg. Saat ini, tiap hari, ia bisa memanen hingga 15 kg. Artinya, omzet usaha Wawan bisa mencapai Rp 750.000 per hari alias Rp 22,5 juta per bulan.
Menurut Wawan, pada dasarnya, penangkaran semut rangrang terbagi dalam tiga bagian, yakni pembibitan, budidaya, dan pemanenan. Di tahap pembibitan, Wawan mencari koloni rangrang di alam. Lantas, semut-semut itu ditempatkan ke dalam wadah transparan.
Penangkaran dilakukan dengan membuat sarang rangrang pada media tertentu. Biasanya, media bisa berupa stoples transparan, bambu, atau pralon. Tapi, harap di catat, jika menggunakan bambu atau pralon, kita akan agak kesulitan saat memasukkan dan memanen semut. Selain itu, semut-semut yang mati juga tidak terpantau.
Yang paling mudah adalah menggunakan stoples atau wadah transparan lainnya. Wawan memanen kroto setiap hari dengan cara menumpahkan sarang ke atas saringan khusus. Hasilnya, “Kroto yang kita panen bersih dari semut. Pembeli yang ada di pasar burung pun senang.
No comments:
Post a Comment